utusan malaysia terkini
Pilihanraya Mesir. Makan nasi menelan bubur5/6/14
indah.com
Pilihanraya Mesir. Makan nasi menelan bubur5/6/14
5/6/14
Meskipun penuh dengan pertanyaan, kecurangan, keprihatinan, Mesir tetap melaju mengadakan pemungutan suara demi menentukan pemimpin mereka. Hasilnyadapat diteka , mantan panglima tentera dan menteri pertahanan Abdul Fattah al-Sisi bakal memimpin Negera Piramid itu untuk lima tahun ke depan.
Banyak pihak mengatakan pilihanraya umum (pemilu) Mesir kali ini hanya gurauan politik. Di tengah populariti tinggi Sisi namun lawan dalam kertas suaranya hanya Hamdeen Sabbahi. Politikus sayap kiri yang kurang publisiti, seperti dilaporkan stesyen televisyen Al Arabiya (3/6).
Kehadiran Sabbahi di pilihanraya itu hanya sebagai gimik agar Mesir terlihat menjunjung tinggi demokrasi, demikian ungkapan sebahagian pengamat politik. Bahkan mahkamah tak menggubris rayuan Sabbahi atas kecurangan yang ditemui pasukan atas suksesnya semasa kempen pilihanraya
"Mahkamah menolak rayuan Sabbahi sebab Sisi menang mutlak," ujar salah satu sumber mahkamah.
Kenyataan ini jelas mengeryitkan dahi. Bagaimana tidak, segala cara dilakukan asal Sisi menjadi presiden. Bila memang pilihanraya ini bukan mainan, seharusnya Mahkamah Mesir memberikan kesempatan Sabbahi dan mesin kempennya membeberkan sejumlah fakta kecurangan dan pelanggaran pesta demokrasi itu.
Pelbagai cara menjadikan Sisi pemimpin juga terletak pada penipuan mendadak suruhanjaya pilihanraya yang memberikan tambahan hari bagi warga yang ingin mengundi. Alih-alih meluaskan kesempatan penduduk menggunakan hak suara, justru tambahan hari ini menjadi kontroversi. Sabbahi dan pasukannya geram dan menganggap pemilihan ini kehilangan kredibilitinya.
Sutradara tersohor asal Mesir, Muhammad Ali Hagar, juga dikenal anti-Sisi menyebutkan tambahan hari itu sebagai bukti apa pun dilakukan pihak Sisi agar dapat berkuasa. "Mereka (Sisi) mungkin tidak mendapatkan cukup suara hingga pemungutannya diperpanjangkan sehari lagi," ujar Hagar.
Dalam hal ini kebebasan Komisi Pemilihan Umum Mesir dipersoalkan. Bahkan dari majoriti warga punya hak pilih hanya 37 peratus sahaja berbanding ketika pemilihan presiden dua tahun lalu yang memenangkan Mursi yang mendapat majoriti 52 peratus
Apapun kekecewaan, nasi yang sudah jadi bubur akhirnya terpaksa ditelan dengan sebuah harapan, semoga kekuasaan Sisi tak berubah jadi kesewenangan.
Banyak pihak mengatakan pilihanraya umum (pemilu) Mesir kali ini hanya gurauan politik. Di tengah populariti tinggi Sisi namun lawan dalam kertas suaranya hanya Hamdeen Sabbahi. Politikus sayap kiri yang kurang publisiti, seperti dilaporkan stesyen televisyen Al Arabiya (3/6).
Kehadiran Sabbahi di pilihanraya itu hanya sebagai gimik agar Mesir terlihat menjunjung tinggi demokrasi, demikian ungkapan sebahagian pengamat politik. Bahkan mahkamah tak menggubris rayuan Sabbahi atas kecurangan yang ditemui pasukan atas suksesnya semasa kempen pilihanraya
"Mahkamah menolak rayuan Sabbahi sebab Sisi menang mutlak," ujar salah satu sumber mahkamah.
Kenyataan ini jelas mengeryitkan dahi. Bagaimana tidak, segala cara dilakukan asal Sisi menjadi presiden. Bila memang pilihanraya ini bukan mainan, seharusnya Mahkamah Mesir memberikan kesempatan Sabbahi dan mesin kempennya membeberkan sejumlah fakta kecurangan dan pelanggaran pesta demokrasi itu.
Pelbagai cara menjadikan Sisi pemimpin juga terletak pada penipuan mendadak suruhanjaya pilihanraya yang memberikan tambahan hari bagi warga yang ingin mengundi. Alih-alih meluaskan kesempatan penduduk menggunakan hak suara, justru tambahan hari ini menjadi kontroversi. Sabbahi dan pasukannya geram dan menganggap pemilihan ini kehilangan kredibilitinya.
Sutradara tersohor asal Mesir, Muhammad Ali Hagar, juga dikenal anti-Sisi menyebutkan tambahan hari itu sebagai bukti apa pun dilakukan pihak Sisi agar dapat berkuasa. "Mereka (Sisi) mungkin tidak mendapatkan cukup suara hingga pemungutannya diperpanjangkan sehari lagi," ujar Hagar.
Dalam hal ini kebebasan Komisi Pemilihan Umum Mesir dipersoalkan. Bahkan dari majoriti warga punya hak pilih hanya 37 peratus sahaja berbanding ketika pemilihan presiden dua tahun lalu yang memenangkan Mursi yang mendapat majoriti 52 peratus
Apapun kekecewaan, nasi yang sudah jadi bubur akhirnya terpaksa ditelan dengan sebuah harapan, semoga kekuasaan Sisi tak berubah jadi kesewenangan.
sumber:Merdeka.com
No comments:
Post a Comment